Apakah Air Fjord Asin atau Tawar?

Bertahun lamanya saya punya pertanyaan ini di kepala saya. Kebetulan saya belum pernah sungguh-sungguh berdiri di tepi fjord dan mencicipi airnya. Jadi, bagaimana saya bisa tahu jawaban pertanyaan yang super nggak penting itu? Ditambah lagi, dua hari petualangan menyaksikan panorama alam Norwegia semakin menambah pertanyaan-pertanyaan di otak saya yang selalu haus pengetahuan. Saya boleh berbahagia, karena tidak lama setelah saya meninggalkan Vøringfossen, saya segera mendapatkan jawabannya. Woohoo!! 🙂

Meninggalkan lahan parkir dekat titik pandang kedua di Vøringfossen, mobil kami bergerak menuruni gunung menuju lembah Måbødalen di bawah. Pemandangan alam yang hijau berulang kali lenyap setiap kali mobil kami memasuki terowongan. Dugaan saya, mungkin ada ribuan terowongan di Norwegia. Beberapa di antaranya saya lalui dalam perjalanan menuju ke lembah. Terowongan-terowongan ini berbeda dengan yang pernah saya lalui di Indonesia, tempat kebanyakan terowongan hanya melintas di bawah jalan layang atau rel kereta api. Terowongan di Norwegia betul-betul menembus gunung, sehingga ketika saya masuk dari satu sisi dinding gunung, di ujung terowongan saya bisa tiba di sisi sebaliknya dengan pemandangan yang sama sekali berbeda. Pada umumnya, terowongan-terowongan di Norwegia sangat panjang. Misalnya terowongan yang saya lalui di daerah tersebut, saya lalui dalam waktu 3 menit. Namanya saja menembus gunung hehehe..

Setelah melewati beberapa terowongan, tibalah saya di kaki pegunungan tempat sebuah kota (atau desa?) bernama Øvre Eidfjord terletak. Daerah ini sebetulnya merupakan bagian yang lebih tinggi dari kota Eidfjord yang sebelumnya saya sebut. Berhubung orang tua Chris ingin beristirahat dan duduk-duduk mengopi, kami berhenti di sebuah bangunan semacam museum yang berwarna merah. Di seberang bangunan itu adalah sebuah toko suvenir dan kafe yang menjual aneka makanan dan minuman yang bervariasi. Karena saya dan Chris tidak lapar dan tidak suka kopi, berpencarlah tim lintas alam kami. Orang tuanya beranjak ke kafe, sedangkan kami menuju museum.

Museum tersebut adalah Hardangervidda Natursenter, yang memajang berbagai koleksi interaktif mengenai kondisi alam yang tersebar di wilayah Taman Nasional Hardangervidda. Museum berlantai tiga tersebut menyajikan berbagai pengetahuan mengenai keadaan biologis, ekologis, dan geografis wilayah tersebut dengan cara yang sangat menarik. Museum ini buka dari tanggal 20 Maret sampai 31 Oktober, mulai pukul 10.00 sampai 18.00. Khusus tanggal 15 Juni sampai 20 Agustus atau high season, mereka buka sejak pukul 09.00 sampai 19.00. Setelah membeli tiket seharga 130 NOK per orang, saya dan pacar saya memulai eksplorasi di museum tersebut.

13754293_10210487774017104_8079086022493348786_n

Hardangervidda Natursenter

 

Rute yang saya pilih untuk berkeliling di museum tersebut agak aneh. Kebanyakan orang memulai dengan menonton tayangan film pengetahuan alam yang menunjukkan panorama di Hardangervidda. Akan tetapi, saya terpaksa harus melewatkan film tersebut karena ketika saya masuk, film tersebut sudah dimulai. Tidak mau mengganggu yang lain, saya pun memutuskan untuk berkeliling. Pertama-tama, saya memulai dari lantai dua (yaitu tempat loket pembelian tiket berada), kemudian turun ke lantai satu dan kembali naik ke lantai tiga.

Di lantai dua terdapat koleksi rusa kutub dalam berbagai ukuran yang diawetkan dan dipajang sebagai diorama. Diorama tersebut menunjukkan bagaimana penduduk dari zaman batu telah mendiami wilayah Hardangervidda karena mengikuti migrasi rusa kutub untuk mata pencaharian mereka. Dari situ pula saya baru tahu bahwa rusa kutub adalah satu-satunya jenis rusa yang setara secara biologis. Eh? Maksudnya? Ya, karena mereka sama-sama punya tanduk.

natursenteret_reinsdyr-forfra.jpg

Diorama migrasi rusa kutub. Sumber: http://www.hardangerviddanatursenter.no/

 

Di lantai yang sama, terdapat simulasi runtuhnya bebatuan gunung yang merupakan salah satu hal yang sering terjadi di lereng gunung. Simulasi ini dilengkapi dengan suara yang menyerupai runtuhan gunung. Di pojok belakang kiri terdapat diorama beberapa jenis burung yang hidup di Taman Nasional Hardangervidda. Selain itu, hal yang menarik bagi saya adalah miniatur gunung berapi dan berbagai jenis bentuk letusannya yang bersifat interaktif. Jika kita menekan tombol yang ada di kotak pelindungnya, kita akan menyaksikan simulasi letusan dan lelehan lava yang menarik. Saya jadi ingat pelajaran geografi saya di SMA. 🙂

Dari lantai dua, saya turun ke lantai satu. Segera saya disambut dengan akuarium besar yang mengoleksi beberapa jenis ikan yang hidup di perairan Hardangervidda. Di samping akuarium tersebut, terdapat diorama suasana hutan dengan patung seorang pemburu dari abad pertengahan bernama Ottar. Diorama ini pun bersifat interaktif. Ottar dapat menjelaskan mengenai kehidupan di dataran tinggi pegunungan dari berbagai masa. Serasa didongengi deh!

akvarium_fisk

Salah satu ikan yang hidup di perairan Hardangervidda. Sumber: http://www.hardangerviddanatursenter.no/

 

Tak jauh dari kedua diorama tersebut, terdapat koleksi glasiologi. Glasiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang gletser, yang memang banyak terdapat di Norwegia. Ayo, siapa yang masih ingat apakah gletser itu? 🙂 Sebetulnya saya juga tidak ingat sampai ketika saya membaca lagi di Hardangervidda Natursenter 😛 Jadi intinya, gletser adalah endapan es yang terbentuk karena tumpukan salju yang turun terus menerus, biasanya di daerah kutub atau di puncak gunung yang sangat tinggi. Es yang semakin berat akan tertarik gravitasi dan mengalir ke bawah secara perlahan-lahan seperti sungai dan mengikis permukaan tanah, membentuk daratan berbentuk cekung seperti sungai, danau, lembah, ngarai dan sebagainya. Fenomena gletser ini merupakan salah satu topik favorit saya dalam buku “Pustaka Alam LIFE: Gunung” yang selalu saya baca ketika kecil dulu. Sayangnya, saya belum sempat merasakan sensasi berjalan di atas gletser yang banyak dipromosikan oleh jasa-jasa tur di Norwegia. 😦

Dekat dengan penjelasan mengenai gletser itu terdapat semacam benda putih mirip es yang dipajang di dinding. Dugaan saya, benda itu adalah simulasi bentuk es yang ada di gletser. Saya terkejut ketika saya menyentuhnya dan mendapati bahwa benda itu dingin dan basah. Wah, es sungguhan ternyata! Kembali saya menjadi norak dan berkali-kali menyentuh es tersebut. Karena aneh, Pembaca, esnya tidak meleleh sama sekali. Malah lucu bagi saya, karena ada cap tangan di sana. Seseorang pasti iseng menempelkan tangan di es tersebut.

glasiologi

Contoh es gletser sebelum ada cap tangannya hehehe.. 😛 Sumber: http://www.hardangerviddanatursenter.no/

 

Berlalu dari es tersebut, saya menuju sebuah layar di tengah ruangan yang menampilkan semacam film singkat. Film itulah yang akhirnya menjawab pertanyaan saya. Ternyata, fjord adalah anaknya gletser yang sudah terbentuk sejak 25 juta tahun lalu. Fjord terbentuk dari gletser yang ketika meluncur ke bawah dengan lambat turut mengikis permukaan tanah yang berada di bawahnya. Proses ini berlangsung selama jutaan tahun hingga tanah terkikis bermeter-meter dalamnya. Suatu ketika. gletser yang telah mencair tersebut mengering, sehingga air laut menggenangi cekungan yang terbentuk dari erosinya. Lahirlah fjord, yang semakin mendekati laut semakin dangkal. Dari penjelasan itu, saya pun dapat menyimpulkan, bahwa air fjord tawar pada ujungnya dan semakin asin pada mulutnya yang dekat dengan laut ^^.

Di sebelah layar tersebut terdapat diorama berbentuk gua yang dapat kita masuki. Di dalam gua batu tersebut dipajang berbagai koleksi bebatuan dan mineral yang ditemukan di wilayah Hardangervidda. Menariknya, koleksi tersebut boleh disentuh, sehingga saya pun mengambil kesempatan tersebut untuk merasakan aneka permukaan batu yang berbeda. Batu-batuan yang banyak ditemukan di Hardangervidda antara lain konglomerat dan berbagai jenis marmer. Percaya atau tidak, batuan tertua yang ditemukan di Hardangervidda berusia 1100 dan 1700 juta tahun. Fosil-fosil batuan yang ditemukan menunjukkan bahwa dulu sekali dataran ini terletak di dasar laut dan Norwegia terletak di selatan khatulistiwa. Ini fakta paling mencengangkan yang saya pelajari di museum ini, Pembaca!

geologi

Diorama berbentuk gua dan contoh bebatuan yang bisa disentuh. Sumber: http://www.hardangerviddanatursenter.no/

 

Selesai mengeksplor lantai satu, saya naik ke lantai tiga. Sebagian besar lantai tiga digunakan untuk memajang diorama-diorama ekologis yang berfokus pada keragaman flora dan fauna di Hardangervidda. Beberapa diorama dilengkapi dengan layar yang menampilkan kuis interaktif. Pertanyaan-pertanyaannya seputar habitat, makanan dan cara berkembang biak hewan-hewan yang ada di sana, misalnya burung hantu, rubah kutub dan kelinci salju. Ada juga informasi tentang jenis-jenis bunga yang tumbuh di Hardangervidda. Menarik sekali. Saya mengetahui dari koleksi-koleksi tersebut, bahwa dataran tinggi Hardangervidda adalah satu-satunya tempat di Norwegia yang terletak cukup jauh dari kutub tetapi memiliki keragaman satwa yang khas wilayah kutub, seperti rubah arktik.

Akhirnya, berakhirlah pelajaran geografi saya di Hardangervidda Natursenter. Secara teori, saya jadi tahu banyak tentang kondisi geografis di negara impian saya. Secara praktek, saya belum ada apa-apanya. Saya masih perlu banyak belajar (baca: menyaksikan secara langsung yang sudah dipelajari). Haha.. bilang aja mau jalan-jalan, ya? 😛 Dengan senang hati, saya turun ke lantai dua, mengamati peta area Hardangervidda dan melangkah keluar menuju kafe tempat orang tua Chris masih duduk dan asyik minum kopi.

13700220_10210487774137107_5545287188875557187_n.jpg

Kafe dan beberapa rumah di kota Øvre Eidfjord yang dikelilingi pegunungan cantik dan air terjun.

 

Sambil menunggu mereka, saya mengamati keadaan sekitar. Kota kecil tersebut, Øvre Eidfjord, bagi saya tampak seperti desa. Pada dasarnya tidak ada yang spesial di situ, selain karena pesona alam yang mengelilinginya. Saya pribadi tidak keberatan pindah ke sana, walaupun kabarnya kota kecil ini semakin ditinggalkan penduduknya. Hanya ada sekitar 100 sampai 200 orang yang masih mendiami kota tersebut. Sebagian besarnya orang-orang lanjut usia atau petani yang hidup dari turisme dan pertanian. Anak-anak mudanya sudah pergi ke kota-kota yang lebih besar mencari pekerjaan yang lebih baik. Kabar baiknya, Eidfjord baru kedatangan penduduk baru dari luar Norwegia. Beberapa orang dari Jerman dan Belanda baru saja pindah ke kota tersebut. Duh, saya jadi pengen juga nih, Pembaca 🙂 Tapi saya malah harus meninggalkan kota itu, karena perjalanan ke tempat bermalam selanjutnya masih sangat sangat panjang. Ikuti terus, ya! 🙂

mit Liebe,

Frouwelinde

Useful links:

Website resmi Hardangervidda Natursenter:

http://hardangerviddanatursenter.no/

 

 

 

Leave a comment